Saturday, July 12, 2008

pengalihan hari produksi dan krisis energi

kemarin, baru saja maksudku
keluar SKB di sektor produksi mengenai pengalihan hari produksi dan krisis energi
pengalihan hari ini dimaksudkan untuk mengurangi beban energi yang menumpuk
dari hari senin sampai hari jumat

aku berpikir,
kenapa beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kadang kontraproduktif
terhadap dunia produksi maupun dunia investasi kita?
atau ini wujud dari keinginan pemerintah untuk dianggap memperhatikan rakyat kecil?
sehingga gak sering-sering di demo?

pastinya bukan begitu langkah yang seharusnya di ambil
coba bayangkan saja, sekarang ini harga BBM untuk rumah tangga jauh lebih murah dari
harga BBM untuk industri (dan spreadnya cukup tinggi)
demikian juga harga listrik.
padahal kalo dipikir, rumah tangga itu tidak menghasilkan value added apa pun
dan justru sektor industrilah yang seharusnya mendapat support yang lebih tinggi.
mungkin kita bisa cek juga negara lain...
bagaimana rumah tangga di ajak untuk berhemat energi,
mungkin biar tidak terjadi tunggakan yang begitu besar, perlu adanya prepaid untuk listrik
sehingga rumah tangga juga akan mikir ketika memakainya
(kayak pulsa hp aja, tapi mungkin efektif, karena toh shanghai, dan beberapa kota di China
juga menerapkan hal ini)

memang kalo kebijakan harga listrik dan BBM di rumah tangga diubah, pasti pemerintah semakin tidak populer
tapi toh, tetap harus diperhatikan, setidaknya jangan bikin suatu kebijakan
yang akan menyurutkan langkah investor masuk indonesia
lha kalo sektor industri di kasih aturan macem2 semacam ini bagaimana mereka tidak memilih
untuk pergi ke Vietnam?

so... penggalihan hari produksi bukan keputusan terbaik.
krisis energi tidak boleh ditimpakan hanya pada sektor industri
ini kesalahan sistem sejak dulu
dan ya harus bersama-sama kita ubah...
berat memang... tapi toh harus dilakukan
 

1 comment:

Anonymous said...

Kayaknya susah deh buat pemerintah ngecilin "spread" antara kedua post harga itu. Ya, kalo dilihat dari sudut pandang perusahaan, emang bener kok seperti yang anda bilang, tapi gimana kalo dilihat dari sisi rakyat?

Simpelnya gini, kalo buat BBM, ada dua kemungkinan kalo menurut saya ketika spread itu dikecilin. Pertama adalah posisi harga minyak premium alias mahal. Rakyat kecil akan tergerus daya belinya lantaran mahalnya konsumsi mereka. Sementar pengusaha? Biaya produksi mungkin membengkak, tapi itu pula yang bisa dijadiin alasan buat naikkin produk mereka kan? Jika kejadiannya udah kayak gitu, "spread" akan kembali terjadi. Ya, kita sama-sama ngerti lah kalo buat orang Indonesia, kebutuhan akan minyak sebagai BBM tuh masih autonomous (masalahnya disitu... kalo menurut saya)

Kedua adalah posisi harga minyak diskon alias murah, yang ini lebih gawat lagi. Seperti yang kita tahu kalo pengguna BBM tuh kebanyakan kalangan menengah keatas, nanti ujung-ujungnya jadi balik kemasalah subsidi BBM larinya kemana. Sementara pasar? Para spekulan minyak pasti lebih gencar ngeliat peluang arbitrase atas minyak yang dijual undervalue. Dan kalo para spekulan itu adalah pengusaha-pengusaha, bisa untung besar mereka lantaran bisa menekan COGS. Memang sih rakyat nggak teriak-teriak amat.

Berarti menurut saya, mungkin pemerintah memikirkan kedua skenario tersebut sehingga memutuskan untuk menciptakan jarak yang cukup signifikan antar para "pengguna" diatas. Kalau saya lebih cenderung seperti yang ada sekarang. Kalo menurut saya ya, insentif buat menggunakkan energi alternatif nggak harus dengan cara menaikkan harga secara frontal, tapi bisa dengan berkala. Dan pada akhirnya, mereka pun akan beralih dengan perlahan, meski itu makan waktu lama.

Untuk masalah SKB itu, unik sih emang kalo week-end kita disuruh kerja. Itu kayak bentuk frustasinya pemerintah terhadap masalah-masalah yang ada. Bahkan barusan temen saya ada yang ngedumel lantaran terancam ga bisa menghadiri kondangan iparnya bulan depan... Saya sendiri nggak tahu hukumnya terhadap UU tenaga kerja lantaran emang belom browsing... hihihi... tapi setau saya, aturannya, perusahaan tuh nggak boleh mempekerjakan buruhnya diluar jam kerja normal atau di hari libur (tolong benerin ya kalo salah :D). Saya setuju dengan anda, mendingan Listrik naikkin aja, tapi, secara perlahan atau kalo nggak pake sistem prabayar aja... biar kalo nggak ada "pulsa" nggak bisa "nelpon"

Ya gitu deh... saya cuman pengen sharing aja... btw salam kenal ya, blog anda bagus kok


^_^
Fajar